Begitu Rendahkah Harga diri Perempuan Saat ini?



http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/Foto-diduga-Maharani-atau-Rani-2.jpg
Ketika wanita sudah tidak memegang kesakralan perempuan maka dunia menjadi hancur.  Karena ambisi, harga dan derajat kehidupan duniwi, jalan apapun ditempuh, termasuk melupakan hal yang sakral yang Tuhan titipkan kepada semua kaum perempuan.
Menjual diri adalah jalan dosa yang lebar, bebas hambatan  untuk ditempuh. Tidak masalah jika menikah siri ataupun samen even, yang penting berlimpah harta duniawi. Tidak perduli suami siapa, laki-laki beristri atau tua renta. Harga menjadi incaran utama
Kadang saya bertanya, apakah semakin murahnyakah harga diri seorang wanita?
Saya lelah memperhatikan begitu banyak artis, publik figure yang menyampaikan argumennya untuk membenarkan hidup dengan seorang pria beristri. Di sisi lain ada banyak wanita yang dengan mudahnya berpaling kepada pria lain menjalin hubungan secara seksual meskipun ia telah memiliki pasangan.
Perselingkuhan marak, tanpa peduli apakah itu menyakiti perempuan lain. Semua semata-mata hanya untuk harta kekayaan dan ambisi.
Perempuan sudah disuburi oleh nafsu birahi, semakin banyak yang menderita hipersex, tidak puas dengan 1 orang laki-laki. Banyak  cara ditempuh untuk memenuhi nafsu setan.
Setan lebih berkuasa dan dijunjung dari pada Tuhan sang pencipta. Saat ini semakin banyak selir, semakin banyak perempuan yang hanya dipelihara. Tidak perlu dinikahi yang penting harga duniawi bergeliming.
Tuhan itu urusan nanti kalau sudah di liang kubur.   

Hal yang Tidak Diajarkan Para Ibu



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhq5-tXyZi6IO7YSkNShEfHilZwlnns_fsA1ekjhSfvdrZ3LleqkFvRzdnDixu-4Z3ubXc2G6g9kTxHm-vCFDKsDvFs4Lza2RfsWyUQXEA_mZAC7dF9o553aqBdV5ZkfLhF4zV4peSMIkOV/s1600/Mom+and+Baby.jpg
Si mbok itu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk selalu menjaga junjungan

  1. Gusti Allah adalah junjungan manusia urip
  2. Awak e dhewe ( diri sendiri)
  3. Orang tua
  4. Suami atau istri
  5. Anak
  6. Masyarakat

Saya membayangkan seandainya semua si mbok mengajarkan demikian kepada putra putrinya maka dunia ini akan tentram. Mustahil ada anak-anak yang terjerat kenakalan remaja, kehidupan bebas, narkoba. Saat beranjak dewasa ia kemudian tumbuh menjadi seorang koruptor. Karena tahu bahwa hidupnya tidak semata-mata berpusat pada dirinya. Namun ia punya tanggung jawab terhadap banyak hal. Di sisi lain kebahagian tidak hadir dari dirinya sendiri namun dari berbagai keberadaan di luar dirinya.
Saat ini banyak orang tua lupa menyampaikan pesan ini kepada anak-anaknya, serta menekankan bahwa hidup tidak semata-mata mengejar kesenangan, dan berdasarkan apa yang terlihat.
Kebahagian itu bersumber dari bagaimana seseorang mampu menyadari kehadiran dan menghayati kehadiran Sang Pencipta, adanya masyarakat, dan keberadaan orang lain. Kebahagian tidak selalu bersumber dari kebebasan, namun juga dari tanggung jawab dan cinta kasih.
When God leads you down, only tow things can happen; either He will catch you when you fall or He will teach you how to fly.

Kesakralan Alat Vital Perempuan



http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/kebaya-encim.jpg
 Ajaran orang tua zaman dulu, bahwa alat vital seorang perempuan itu adalah sakral. Tidak sembarangan lelaki bisa menjamahnya. Bahkan untuk menjaganya kaum wanita wajib menutup rapat dengan kebaya dan kain jarik.
Namun kearifan itu kini mulai ditampikkan. Banyak perempuan, hanya karena uang, demi kekayaan  kesakralan itu diumbar. Perempuan tidak lagi malu mengakui jika alat vitalnya disentuh secara serampangan oleh pria-pria nakal. Gantinya  ia mendapatkan seonggok uang atau kelimpahan materi. Hal tersebut tidak lagi menjadi gosip, atau pembicaraan ruang tidur, namun diungkap pada ruang publik melalui televisi.
Seorang  perempuan berparas cantik mengumbar hubungannya dengan seorang pejabat secara terang-terangan. Ia tahu sang pria telah memiliki keluarga. Namun ia mengisahkannya tanpa canggung. Tangisannya terlihat tulus. Ia terisak. Melunakkan nada suara, seolah ia seorang tanpa dosa.
Kadang saya berpikir, apakah Tuhan tertawa atau sedih melihat kelakuan banyak perempuan . Ketika seksualitas yang ia anugrahkan kepada umatnya sebagai wahana berproduksi dan media ekspresi cinta kasih diumbah menjadi aktivitas sempalan.
Lalu suatu ketika seorang wanita yang jelas-jelas menjalankan hal-hal yang tidak bermoral saya tanyakan, “apakah ia tidak takut jika Tuhan murka atas kelakukannya?”. Ia hanya menjawab, “ Saya hidup perlu uang bukan Tuhan”.